“bagaimana rasanya dicintai, ya?” suatu hari seorang teman perempuan bertanya padaku.
“makanya, jatuh cinta dong!” ujarku.
“eh, tapi kalau jatuh cinta bukan sama suami sendiri kan menyakitkan,” dia menuliskan, dibarengi emot tertawa terpingkal.
“makanya punya kesukaan, entah tontonankah, film-lah atau apapun itu yang bisa kau tunggu. rasakan masa-masa penantian itu. kau akan merasa hidup bersamanya.” aku menulis panjang lebar.
ternyata keinginan ‘merasa dicintai’ bukan perkara sederhana. dan itu sangat wajar dirasakan oleh siapa saja. sebab rasa itu bisa membuat harihari makin berwarna. pada porsinya, ia bisa membangkitkan semangat hidup dengan seketika.
dalam film english vinglish yang iseng kutonton dengan longkaplongkap, diceritakan seorang perempuan india bernama shashi yang sudah menikah dengan dua orang anak. namun ia merasa menjadi istri dan ibu ‘yang hanya dimanfaatkan.’
anakanaknya tak menaruh hormat dengan layak, pun suaminya menganggap ia istri yang terlampau sederhana jika takboleh dikatakan bodoh. sampai kemudian sang istri harus pergi ke amerika untuk membuat ladoo –semacam manisan india, untuk pernikahan keponakannya.
di amerika pun ternyata ‘rasa lemah’ akibat perlakuan anak dan suaminya masih menyisa. ditambah ia tak bisa berbahasa inggris yang menyebabkan banyak kebodohan-kebodohan terjadi. hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa inggris yang dijanjikan akan lancar dalam waktu sebulan.
diam-diam shashi mengikuti kursus tersebut tanpa diketahui oleh siapapun, kecuali radha. keponakan yang sempat memergokinya jalan bersama laurent, seorang teman kursus yang berasal dari prancis. tanpa dinyana, ternyata laurent sangat menyukai shashi. hal itu terungkap setelah satusatu peserta kursus mendapat tugas untuk menceritakan apa yang disukainya dalam kursus bahasa inggris.
tentu saja shashi kaget, tapi ketika laurent mengungkapkan penyesalannya, sashi hanya berkata, “tidak apa-apa, aku hanya terkejut, sudah lama sekali sejak seseorang mengatakan sesuatu yang baik tentang diriku.”
setelah hari itu takada yang berubah dari shashi, ia masih mengikuti kursus meski dengan lebih menjaga diri. laurent juga masih sama, tatapannya pada shashi takpernah berubah, memuja dan penuh kekaguman. namun laurent takpernah memaksakan kebersamaan dengan shashi, ia tampak cukup menghormati posisi shashi sebagai ibu dengan dua orang anak.
ketika sampai pada ujian akhir, ternyata shashi takbisa mengikutinya, karena tanggal tersebut bersamaan dengan hari pernikahan keponakannya. bahkan ia juga tak dapat menghadiri hari-hari terakhir kursus karena suami dan anak-anaknya datang dari india. namun ternyata radha berinisiatif menelepon laurent dan membiarkan shashi mengikuti kursus melalui telepon. bahkan laurent selalu menyemangati shashi agar bisa mengikuti ujian akhir.
pada beberapa adegan, diperlihatkan suami dan anak-anak shashi yang tampak takterlalu ‘menghargai’ shashi. atau lebih tepatnya mereka menghargai dengan cara mereka sendiri. hal itu dimaknai berbeda oleh shashi yang sudah terlanjur inferior.
suami shashi sempat berkata, “kau memang terlahir sebagai pembuat ladoo,” yang ternyata membuat shashi sangat sedih. apalagi anaknya juga selalu berkata ibunya tak bisa berbahasa inggris sebaik dirinya.
saat hari pernikahan tiba, tanpa sepengetahuan shashi, radha mengundang guru dan teman-teman kursusnya yang telah lulus ujian. laurent tetap datang dengan sorot mata kagum dan memuja.
di acara pernikahan tersebut ada semacam nasihat dari yang dituakan. radha kembali berinisiatif menyuruh shashi menyampaikan speech. sebelum shashi sempat berdiri, suaminya telah berdiri lebih dahulu dan memintakan maaf kepada para tamu undangan, kalau-kalau bahasa inggris shashi kurang bagus.
shashi dengan sopan meminta kepada suaminya untuk duduk kembali dan mengizinkannya berbicara. di sana shashi terlihat cukup lancar berbahasa inggris. hal itu membuat terkejut anak dan suaminya sendiri.
nasihat pernikahan shashi cukup bagus siy, next time aku akan tulis di postingan sendiri. *niat :))
yang jelas, berkat speech-nya di pernikahan tersebut, shashi dinyatakan lulus ujian kursus. laurent sempat meminta maaf untuk semua perlakuannya, dan shashi hanya menjawab;
“ketika kau tidak menyukai dirimu sendiri, kau cenderung tidak menyukai segala hal yang berhubungan denganmu. hal-hal baru terlihat lebih menarik. ketika kau belajar untuk mencintai diri sendiri, maka kehidupan yang lama mulai terlihat baru, mulai terlihat menyenangkan. terima kasih karena mengajariku cara untuk mencintai diri sendiri. terima kasih karena telah membuatku lebih nyaman dengan diriku sendiri. terima kasih banyak.”
entah kenapa, tapi yang terpikirkan olehku adalah shashi yang merasa dicintai dan diperlakukan baik oleh laurent seperti mendapatkan energi baru untuk melihat sesuatu yang lebih pada dirinya. bahwa dia pun berhak dihargai, dihormati, serta dicintai. dan hal itulah yang membuat ia kembali melihat kehidupan rumah tangganya dengan cara pandang yang baru.
selama film ini, tampak sekali tatapan lembut laurent terhadap sashi. meski memang diceritakan hal itu terjadi secara diam-diam. shashi pun sama sekali tak tampak menikmatinya, ia sibuk dengan pikirannya sendiri. laurent cukup sopan, bahkan dia tak berbuat apapun selain mengikuti sashi dalam perjalanan pulang.
tatapan laurent tersebutlah yang tiba-tiba mengingatkanku pada pertanyaan teman perempuanku di atas. tatapan kekaguman yang membuat seseorang merasa dicintai *eaa :))
terkadang, merasa dicintai adalah energi. ia bisa membangkitkan segala yang tertidur di dalam diri. baik itu potensi maupun rasa yang semakin melembutkan hati, yes? 😀
meski pertanyaan teman perempuanku itu jelas kecenderungannya pada “merasa dicintai seorang laki-laki,” tapi sungguh merasa dibutuhkan dan dicintai oleh teman atau saudara juga cukup bisa menyalakan bara yang mulai meredup.
kuncinya hanya, “perlakukan mereka sebagaimana kau ingin diperlakukan. istimewakan mereka dan letakan mereka di hatimu, sebagaimana kau juga ingin diistimewakan di hati mereka.”
tampak pamrih dan tidak tulus yah?
okay, bagaimana kalau begini, “berpikirlah, bahwa jangan sampai orang lain sempat merasakan sakit yang kau rasa. jika kau tau dicubit itu sakit, maka jangan pernah kau cubit orang lain atau jangan pernah kau ijinkan orang lain mencubit saudaramu.”
oiya, aku bukan penyuka film. dan itu terjemahan bebas dari film yang kutonton longkaplongkap. jangan percaya 100%, lain kali kalau mood aku tonton lagi. dan aku akan selalu mencari sudut pandang yang kumau, bahkan mungkin jauh dari pesan moral yang dimaksudkan oleh film itu sendiri. maafkan dan sekian :D.
yang jelas, film ini amat layak tonton. yaa.. semacam 3 idiots atau taree zamen par. edukatif.
Wikipedia. English Vinglish adalah film bergenre komedi drama asal India yang dibuat pada tahun 2012.
Ditulis dan dipimpin oleh Gauri Shinde. Film ini menceritakan kehidupan seorang ibu rumahtangga yang belajar kursus bahasa Inggris
untuk menghentikan suami dan anak perempuannya yang mengejeknya tentang kemampuan berbahasa Inggrisnya yang rendah dan agar dihargai.
Shashi yang diperankan oleh Sridevi yang kembali ke dunia perfilman setelah 15 tahun vakum.
Film ini menghadirkan aktor Perancis Mehdi Nebbou, Adil Hussain, dan Priya Anand.
Amitabh Bachchan dan Ajith Kumar diberi kehormatan untuk tampil pada versi Hindi dan Tamil.
Sebelum rilis taterikalnya, English Vinglish tampil perdana pada acara Festival Film Internasional Toronto tahun 2012.
antim24, yang alhamdulillah sabar nulis panjang meski amat random 😀
17/4/17